form informasi
DUMAS
 
Kontak & Lokasi Kampus
 
 
 
Untitled Document
Selamat datang di STABN Sriwijaya "Buddhistik Unggul Berkarakter". Anda memasuki wilayah Zona Integritas: bebas dari korupsi dan bebas dari gratifikasi    |    STOP PUNGLI !!! Kami TOLAK PUNGLI !!! Ada pungutan liar, laporkan ke: lapor@saberpungli.id ; Call Center: 0821 1213 1323; SMS: 1193 / 0856 8880 881 / 0821 1213 1323; Fax.: 021-345 3085   |   
 
 
Untitled Document
Pendaftaran Online
Program Reguler
Area Mahasiswa  -  Dosen
Alumni
Beasiswa
Galeri
Publikasi P2M
Publikasi P3M
Layanan Informasi
E-Journal
Kuliah Online
Repository
PPID
SW Penerbit
 
Artikel
 
 
MAKNA RITUAL PUJA API HOMA BAGI UMAT BUDDHA DI VIHARA VAJRA BUMI GIRI PUTRA CIPARI
27-12-2016 | dibaca 11593 X

MAKNA RITUAL PUJA API HOMA BAGI UMAT BUDDHA
DI VIHARA VAJRA BUMI GIRI PUTRA CIPARI
(STUDI KASUS DI DESA SEGARALANGU RT 04/ RW 04
KECAMATAN CIPARI KABUPATEN CILACAP)

Oleh:
TASIH
NIM 0250112020512

Secara umum, ritual Buddhis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dan berhubungan dengan peningkatan keyakinan terhadap agama Buddha. Pentingnya setiap individu memiliki suatu keyakinan terhadap ajaran agamanya, hal inilah yang akan menjadi inti dari sebuah kekuatan ketika seseorang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Umat Buddha telah meyakini adanya Tri Ratna (Buddha, Dharma, dan Sangha), jadi ketika seseorang dengan harapan yang tulus dan memiliki semangat serta keyakinan yang tinggi dalam menjalankan religiusitasnya maka keyakinan tersebut akan tumbuh secara alamiah di dalam sanubarinya. Dengan memiliki keyakinan yang semakin kokoh terhadap Tri Ratna serta mampu mempraktikan ajaran Dharma dengan baik di dalam kehidupan sehari-harinya tidak menutup kemungkinan umat Buddha dapat mempertahankan eksistensinya hingga sekarang ini.

Berbagai sekte agama Buddha telah berkembang di Indonesia. Beragamnya sekte agama Buddha tentunya memiliki ciri khas tersendiri seperti dalam kegiatan upacara ritual keagamaan yang dilakukannya. Pelaksanaan ritual keagamaan dianggap sebagai perilaku luhur yang dapat ditujukan kepada agama Buddha. Salah satu sekte agama Buddha yang menjalankan ritual keagamaan adalah sekte Tantrayana. Sekte Tantrayana telah melaksanakan upacara ritual keagamaan yang salah satunya adalah ritual puja api homa. Adapun di dalam sekte yang lain tetap mempertahankan upacara ritual keagamaannya, karena dengan melaksanakan kegiatan tersebut dapat meningkatkan keyakinannya terhadap ajaran Buddha.

Ritual puja api homa merupakan ritual yang sangat penting di dalam Tantrayana, ritual tersebut memegang peranan penting dalam Tantrayana. Ada tiga keberhasilan dalam Tantrayana yaitu keberhasilan dalam menjapa mantra (melafal atau membacakan nama Buddha dan Boddhisattva), keberhasilan dalam meditasi, dan keberhasilan dalam melaksanakan puja api homa. Tujuan melaksanakan puja api homa adalah mengubah nasib seseorang. Jika puja api homa dilakukan dalam skala yang besar, maka nasib sebuah bangsapun dapat diubah. Jadi, homa bukanlah upacara persembahan yang biasa-biasa saja. Makna homa sangat mendalam sehingga orang yang tidak mengerti bisa memandang remeh manfaatnya. Sebagai contoh: Ketika diberikan sebuah kepercayaan untuk membangun sebuah bendungan guna mencegah banjir, biksu Konghai (biksu Jepang tersohor, yang merupakan inkarnasi dari Maha Mula Vajra Acarya Lian Sheng di abad ke-8 Masehi) segera melaksanakan puja api homa dan secara berturut-turut menjapa mantra setiap hari. Dari hasil kerja kerasnya ia dapat melaksanakan tugas sesuai jadwal yaitu sebelum tiba musim hujan. Puja api homa dapat mengubah nasib orang dan bahkan nasib bangsa, homa bukanlah sekedar upacara keagamaan biasa.

Banyak sekali tradisi berkembang di dalam agama Buddha yang menggambarkan bahwa pemenuhan harapan umat Buddha tidak cukup hanya dengan bekerja dan melakukan sembahyang. Namun, ada upaya lain yang harus mereka lakukan. Upaya tersebut adalah ritual, yang dilaksanakan oleh umat Buddha sesuai dengan kepercayaan mereka terhadap berbagai mitos dan sejarah ritual buddhis tertentu yang masih berkembang hingga saat ini. Berbagai praktik keagamaan yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya umat Buddha memiliki dampak masing-masing. Pelaksanaan ritual yang baik dan benar akan membawa dampak yang positif seperti meningkatnya keyakinan terhadap Tri Ratna (Buddha, Dharma, dan Sangha), meningkatnya moralitas yang terjadi pada setiap individu, memiliki berbagai cara pandang yang benar, bahkan akan mempengaruhi perubahan dalam skala yang besar (seluruh penjuru alam semesta) dan lain sebagainya.

Di zaman yang modern ini semakin sulit bagi umat Buddha di Vihara Vajra Bumi Giri Putra untuk meningkatkan motivasi beribadah dalam agama Buddha, hal ini terjadi karena adanya berbagai aspek yang saling mempengaruhi di dalam lingkungan hidupnya maka semakin lama menjadi banyak dan bervariasi. Motivasi beribadah umat Buddha di Vihara Vajra Bhumi Giri Putra masih rendah, banyak umat yang belum dapat menumbuhkan motivasi dalam beribadah, dan cara untuk menerapkan makna ritual puja Api Homa dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian memerlukan adanya motivasi untuk meningkatkan ibadah sebagai umat Buddha.

Salah satu kasus yang melibatkan berbagai kalangan dari remaja hingga orangtua yaitu konversi agama (perpindahan agama), hal ini sering terjadi pada umat Buddha yang khusunya berada di Desa Segaralangu, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Perpindahan agama terjadi karena berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dapat muncul dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal berasal dari luar diri individu. Contoh dari faktor internal yaitu kurangnya pengetahuan umat tentang agama Buddha sehingga pengetahuan terhadap ajaran Sang Buddha masih rendah. Contoh faktor eksternal yaitu hubungan keluarga tidak harmonis yang mengakibatkan keretakan rumah tangga, perbedaan agama, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang nyaman.

Fakta-fakta yang terjadi, umat Buddha di Vihara Vajra Bumi Giri Putra belum mengetahui cara meningkatkan motivasi dalam beribadah melalui Ritual Puja Api Homa. Masih kurangnya kesadaran umat untuk melakukan ibadah (puja bakti) menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi beribadah. Contoh: Umat yang mengikuti kegiatan puja bakti setiap malam di vihara didominasi oleh ibu-ibu sedangkan untuk remaja, anak-anak, dan bapak-bapak mayoritas pada malam minggu. Apabila motivasi beribadah masih rendah, maka akibatnya dapat menimbulkan moralitas yang menyimpang, pandangan salah, keyakinan umat akan menurun, kesadaran umat dapat melemah, umat tidak mengerti tentang agama, perpindahan agama, tidak dapat mengenal agama dengan baik, kurangnya pengetahuan tentang agama Buddha, umat tidak dapat mempraktikan Dharma dengan baik, umat tidak mengerti mengenai ajaran Buddha, banyak umat yang tidak mengerti makna Ritual Puja Api Homa yang sesungguhnya, dan Ritual Puja Api Homa tidak dimaknai dengan benar.

Terdapat banyak hal yang menyebabkan kurangnya motivasi beribadah umat Buddha di vihara tersebut, antara lain: pelatihan agama masih kurang, pembinaan kepada umat masih kurang, pemahaman agama yang masih rendah atau kurang, tidak adanya motivasi untuk beribadah, kurangnya buku-buku Dharma, praktik pelatihan agama masih kurang, dan kurangnya pengetahuan mengenai ajaran Buddha. Oleh karena itu, berbagai usaha telah dilakukan oleh para pandita di Vihara Vajra Bhumi Giri Putra, berbagai upaya telah dilakukan untuk memberikan motivasi kepada umatnya dengan memperbanyak perbuatan-perbuatan bajik. Selain itu juga, pemerintah telah melakukan berbagai upaya yaitu memperbanyak penyuluh-penyuluh di daerah-daerah. Namun usaha tersebut belum efektif untuk memecahkan masalah kurangnya motivasi dalam beribadah bagi umat Buddha di Vihara Vajra Bhumi Giri Putra.

Manfaat umum yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi beribadah bagi umat Buddha tidak hanya di Vihara Vajra Bhumi Giri Putra, melainkan umat Buddha di berbagai daerah sehingga tidak ada lagi umat yang memiliki motivasi beribadah yang rendah. Hasil penelitian ini dimaksudkan memberikan kontribusi pemecahan masalah kurangnya motivasi beribadah bagi umat Buddha diberbagai daerah.

Selengkapnya, silahkan unduh

 
 
Profil Bulan Ini
 
 
Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI
Upacara Bendera
   
 
 
 
     
 
Alumni Sukses
     
 
Tetap Berusaha dan Pantang Menyerah
Kesuksesan
   
 
 
 
     
Berita
 
 
Peringati Hari Pendidikan Nasional, STABN Sriwijaya Gelar Upacara Khidmat dengan Balutan Pakaian Adat Nusantara
STABN Sriwijaya menyelenggarakan upacara bendera secara khidmat di lingkungan kampus.
   
Peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Kementerian Agama Angkatan 17 Laksanakan Studi Lapangan di STABN Sriwijaya Terkait Transformasi Kelembagaan dan Perubahan Bentuk
peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan 17 melaksanakan studi lapangan ke Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya
   
 
 
 
     
 
Artikel
     
 
Menghadapi Kegundahan tentang Masa Depan: Menemukan Tenang di Tengah Ketidakpastian
Masa depan selalu menjadi topik yang menarik sekaligus menantang untuk dibicarakan
   
Paus dan Semiotika Pesan Bagi Indonesia
Jika saya bertemu langsung dengan Bapa Suci Paus, pemimpin tertinggi umat Katolik dunia, saya akan bingung menyapa beliau dengan salam apa?
   
 
 
 
     
    All Right Reserved © STABN SRIWIJAYA